Mengelola Stres Melalui Journaling: Grand Launching Sobat Sambat Pro dan Talkshow “Writing From Within”

Semarang, 20 Maret 2025 – Di tengah tekanan akademik yang semakin tak terelakkan, mahasiswa butuh lebih dari sekadar nasihat klise “semangat ya!” Mereka butuh ruang aman. Dan hari itu, satu ruang aman berhasil dibuka lewat acara bertajuk Writing From Within, yang sekaligus menjadi momen Grand Launching layanan konseling ramah remaja yaitu Sobat Sambat Pro.

Acara yang berlangsung pada hari Kamis, 20 Maret 2025 di Bank Tabungan Negara (BTN) Co-Working Space Gedung Muladi Dome, Universitas Diponegoro (Undip) dimulai dengan perkenalan oleh Master of Ceremony (MC), Deana Zahira Nurhindarto membuka dengan sapaan akrab, mengajak peserta untuk berhenti sejenak dan memeriksa isi hati mereka hari itu. Refleksi singkat ini seolah menjadi pintu masuk menuju agenda utama: mengenal lebih dalam tentang kesehatan mental, membangun kesadaran emosional melalui journaling, dan tentu saja, mengenalkan Sobat Sambat Pro.

Sambutan hangat datang dari Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah, Elisabeth SA. Widyastuti, SKM. Beliau menekankan bahwa sejak 1977, PKBI telah berkomitmen terhadap isu kesehatan reproduksi dan partisipasi bermakna anak muda. Di awal tahun 2000-an, pilar remaja semakin diperkuat dengan program-program berbasis sekolah, kolaborasi dengan komunitas mahasiswa, hingga penyediaan ruang diskusi terkait kekerasan berbasis gender. “Semua hal ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari remaja dan mahasiswa, mulai dari kesehatan mental, isu menstruasi, hingga pengalaman kekerasan yang kerap tak terlihat,” ucapnya.

Setelah sambutan, Hapsari Oktaviana Hariaji atau biasa dipanggil Rei selaku peer counselor dan koordinator Sobat Sambat Pro, memperkenalkan program tersebut. Dengan gaya yang lugas namun penuh empati, ia menjelaskan bagaimana program ini lahir dari kebutuhan akan ruang sambat yang aman dan inklusif. “Masalah reproduksi itu nggak cuma soal pembalut atau edukasi pubertas. Banyak dari kita yang tumbuh dengan kebingungan yang nggak pernah benar-benar dibahas, apalagi didengar,” jelasnya.

Sobat Sambat Pro adalah layanan konseling yang bisa diakses mulai dari Rp100.000, dengan durasi 50 menit. Konseling ini terbuka untuk berbagai isu, termasuk kekerasan seksual, stres akademik, hingga perasaan tertekan karena ekspektasi sosial. “Kita hadir bukan buat nge-judge, tapi buat menemani,” tambahnya.

Sesi talkshow yang dinantikan pun dimulai, dipandu oleh Lucky Ade Sessiani, M.Psi., Psikolog,, seorang psikolog yang punya pendekatan humanis dan membumi. Ia membuka sesi dengan menjelaskan apa itu journaling bukan sekadar menulis, tapi aktivitas terapeutik yang bisa membantu kita mengenali dan menenangkan emosi. “Kadang kita ngerasa pusing, tapi nggak tahu kenapa. Nah, journaling bisa jadi alat untuk mengurai benang kusut itu. Dari yang awalnya cuma tulisan, bisa jadi proses penyembuhan,” ungkapnya.

Dalam paparannya, Lucky menyebutkan berbagai jenis journaling seperti brain dump, self-healing journaling, dan therapy journaling. Ia juga menjelaskan bahwa journaling bisa mengurangi kecemasan, membantu mengidentifikasi pemicu stres, serta meningkatkan resiliensi dan growth mindset. Salah satu bagian menarik adalah saat beliau membahas soal journaling ketika emosi sedang tidak stabil. “Pas jengkel, tulisannya pasti acak-acakan. Tapi justru di situ letak terapinya. Kita belajar mengenali reaksi emosional kita lewat tulisan,” ujarnya sambil tersenyum.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis jurnal. Para peserta diberi dua pilihan: menuliskan sesuatu yang membuat stres, atau menuliskan hal-hal positif yang patut disyukuri. Suasana mendadak hening. Lembaran jurnal mulai dipenuhi tulisan tangan, sebagian cepat dan emosional, sebagian lambat dan reflektif.

Di sela-sela sesi, beberapa peserta berbagi cerita. Laras bercerita soal sulitnya tidur karena skripsi, Naza yang harus bolak-balik jalan kaki untuk urusan wisuda karena tak punya motor, Ringga yang tertekan karena tugas akhir, hingga Kezia yang merasa tertinggal karena teman-temannya sudah sidang. Cerita-cerita ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa memang menyimpan banyak beban, tapi juga butuh keberanian untuk membaginya.

Sebelum acara ditutup, MC kembali mengingatkan peserta bahwa Sobat Sambat Pro hadir untuk mereka. “Kalau kamu capek, bingung, takut… silakan sambat. Sobat Sambat Pro akan dengerin kamu.” Layanan ini bisa diakses dengan mudah melalui akun media sosial, dan terbuka untuk siapa pun yang membutuhkan.

Acara ditutup dengan sesi dokumentasi, menyisakan senyum di wajah para peserta yang kini tahu: mereka tidak sendirian. Di balik kata-kata yang ditulis di jurnal mereka hari itu, ada harapan baru. Dan di balik harapan itu, ada ruang aman bernama Sobat Sambat Pro.

Sebarkan

Tinggalkan komentar