Valentine: Membincangkan Seks Berisiko bersama Pilar

Seks Berisiko, pilihan atau kesalahan? begitulah tema yang diangkat Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah di acara Valentine Day yang diselenggarakan di Buket Cafe Tembalang, 11 Februari 2012 lalu. Tema tersebut dipilih untuk mengajak remaja agar lebih arif dalam memaknai cinta sehingga tidak terjebak pada perilaku seks yang berisiko, terlebih pada saat merayakan Valentine.

Panitia penyelenggara, Dwi Yunanto, dalam pengantar pembukaan acara menyampaikan bahwa banyak remaja yang menggunakan moment valentine day untuk mengungkapkan kasih sayang kepada pasangannya atau pacarnya. Namun sayang banyak remaja mengartikan pembuktian kasih sayang tersebut identik dengan aktivitas seksual baik kissing, necking, petting bahkan intercourse yang dapat mendorong remaja melakukan seks berisiko. Oleh karenanya dalam rangka menyambut Valentine Day para remaja diajak untuk mendiskusikan kembali apa makna cinta dan bagaimana mengungkapkannya sehingga tidak terjebak pada seks berisiko.

Apa sih yang dimaksud “seks berisiko”? Begitu pertanyaan awal yang disampaikan oleh moderator kepada narasumber, dr. Lucky Taufika,  pada saat mengawali diskusi yang dihadiri kurang lebih 30 remaja tersebut. “Seks berisiko adalah hubungan seks yang dilakukan di pinggir jalan, atau sambil nyetir” begitu seloroh dr. Lucky yang disambut dengan tawa para peserta. Tentu saja bukan itu jawabnya. Menurut dr. Lucky, yang juga merupakan relawan Youth Center Pilar, seks berisiko adalah aktivitas seksual yang dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki sehingga remaja akhirnya tidak dapat meneruskan sekolah, melakukan upaya pengguguran, mengalami stres dan dapat pula terinfeksi penyakit menular seksual termasuk HIV. Untuk menghindari hal itu maka remaja harus mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan-pilihan tepat sehingga tidak terjebak pada perilaku berisiko tersebut.

Diskusi yang digelar kurang lebih 2 jam tersebut berlangsung santai dan menarik. Beberapa pertanyaan diajukan peserta diantaranya, “menurut informasi, rokok dapat menyebabkan kanker. Lantas apabila berhubungan seks dengan laki-laki perokok, apakah dapat menyebabkan kanker leher rahim karena mungkin pada sperma juga terdapat nikotin?”, tanya seorang mahasiswi. Ada pula yang menanyakan kaitannya seks bebas dengan hak seksual remaja dimana penanya berpendapat bahwa remaja juga mempunyai hak untuk menentukan kapan dimana dan dengan siapa dia ingin melakukan hubungan seks.

Selain diskusi interaktif, pada saat yang sama diselenggarakan pula lomba fotografi dengan tema remaja, cinta dan valentine yang diikuti oleh 13 fotografer muda dari Semarang. Sambil sesekali menyimak perbincangan seks, para fotografer muda tersebut sibuk memotret model yang sudah disediakan oleh panitia di tempat yang sama. “Kami menyediakan hadiah bagi tiga foto terbaik, foto-foto tersebut kelak akan kami gunakan untuk membuat media komunikasi”, papar panitia lomba. Bertindak selaku juri lomba fotografi antara lain Mr. Sukamoto, Elisabet S.A Widyastuti, dan Dwi Yunanto. (Esa/2/12)

Sebarkan

Tinggalkan komentar